Es Kopyor
Ketika
bu Wahyu memberi tugas untuk membuat cerpen, tugas itu lumayan berat buat ku.
Dari dulu aku memang tidak pandai mengarang apalagi harus berimajinasi membuat
cerpen. Untung saja, ada kejadian yang bisa kubuat jadi cerpen. Kejadian itu
sangat memalukan buat ku, dan aku tidak mungkin melupakannya.
Kejadian
itu bermula pada hari Kamis minggu lalu, aku dan sahabat ku Levy akan pergi ke
Malang Town Square atau yang biasa disebut dengan MATOS. Untuk pergi ke MATOS,
aku dan Levy naik angkutan jurusan Arjosari Landungsari. Aku dan Levy harus
berjalan hingga depan SMP Negeri 5 untuk mendapatkan angkutan umum jurusan
Arjosari Landungsari.
Hari
itu memang cuaca sangat panas, membuat tenggorokank semakin haus. Sesampainya
di SMPN 5, aku membeli minum di pedagang – pedagang kecil didepan SMPN 5. Aku
dan Levy membeli Es kopyor yang
haraganya hanya Rp 2000. Setelah membeli minum aku dan Levy menunggu angkutan umum AL yang memang
jarang sekali lewat. Tak beberapa lama, tiba – tiba ada seorang ibu – ibu yang
menabrakku dari belakang dan es kopyor yang baru ku beli jatuh dan tumpah.
“
Wah jatuh nid. Sayang , padahal masih
banyak. ” ujar Levy dengan keras.
Perkataan
Levy menarik perhatian beberapa orang yang ada di sekitar SMPN 5. Para pedagang
pun yang tadi diam saja melihat es ku yang jatuh, sekarang mulai berkomentar.
“
Sayang, dik. Minta ganti rugi ke ibu yang nabrak aja ya.” Ujar seorang
pedagang.
“
Saya panggilkan ya dik. Bu … Bu … Bu.. ini lho yang ditabrak es nya jatuh. “
kata pedagang yang lainnya.
Pada
saat itu ramai sekali sehingga ibu –ibu itu tidak mendengar panggilan dari
pedagang tersebut.
“
Ga usah, mas. Gak apa – apa kog. Ga usah dipanggilin.” Kataku.
“
Minta saja es kopyor lagi ke mas – mas yang
jual es kopyor itu. Gak apa – apa dik ga usah bayar.” Ujar pedagang lainnya.
“
Tak bikinkan ya dik, gak apa – apa gak bayar. Tenang aja. “ kata penjual es
kopyor dengan ramah.
Awalnya
saya tidak mau menerimanya karena saya
merasa sungkan pada penjual es kopyor itu.
“
Ga usah mas, ga apa – apa saya sudah ga haus kog. “ kataku.
“
Lho nid, udah dibuatin sama mas nya kog nolak. Ambil aja nid !” kata Levy
meyakinkan ku.
“
Ini ambil aja. Gak apa – apa kog. Gak usah sungkan – sungkan. “ ujar penjual es
kopyor itu.
Pedagang
– pedagang disekitar SMPN 5 mulai memaksaku untuk menerima es kopyor gratis.
Dengan terpaksa aku menerimanya, daripada paksaan dari mereka malah menjadi –
jadi. Setelah menerimanya dan bilang terima kasih pada penjual es kopyor itu
aku dan Levy buru – buru menjauh dari tempat
itu. Banyak orang yang masih memperhatikanku. Hal itu membuat ku sangat
malu.
Untung
saja angkutan umum yang dari tadi saya tunggu lewat. Dengan segera aku dan levy
mencegatnya dan menaikinya. Walaupun sudah naik angkot pipiku masih sangat
panas. Kata levy, muka ku sangat merah. Mungkin
karena malu diperhatikan orang banyak pipi ku jadi merah.
~Tamat~
0 komentar:
Posting Komentar