Selasa, 23 Oktober 2012

Cerpen ku


 Es Kopyor


Ketika bu Wahyu memberi tugas untuk membuat cerpen, tugas itu lumayan berat buat ku. Dari dulu aku memang tidak pandai mengarang apalagi harus berimajinasi membuat cerpen. Untung saja, ada kejadian yang bisa kubuat jadi cerpen. Kejadian itu sangat memalukan buat ku, dan aku tidak mungkin melupakannya.

Kejadian itu bermula pada hari Kamis minggu lalu, aku dan sahabat ku Levy akan pergi ke Malang Town Square atau yang biasa disebut dengan MATOS. Untuk pergi ke MATOS, aku dan Levy naik angkutan jurusan Arjosari Landungsari. Aku dan Levy harus berjalan hingga depan SMP Negeri 5 untuk mendapatkan angkutan umum jurusan Arjosari Landungsari.
Hari itu memang cuaca sangat panas, membuat tenggorokank semakin haus. Sesampainya di SMPN 5, aku membeli minum di pedagang – pedagang kecil didepan SMPN 5. Aku dan Levy membeli Es kopyor  yang haraganya hanya Rp 2000. Setelah membeli minum aku dan  Levy menunggu angkutan umum AL yang memang jarang sekali lewat. Tak beberapa lama, tiba – tiba ada seorang ibu – ibu yang menabrakku dari belakang dan es kopyor yang baru ku beli jatuh dan tumpah.
“ Wah jatuh nid. Sayang  , padahal masih banyak. ” ujar Levy dengan keras.
Perkataan Levy menarik perhatian beberapa orang yang ada di sekitar SMPN 5. Para pedagang pun yang tadi diam saja melihat es ku yang jatuh, sekarang mulai berkomentar.
“ Sayang, dik. Minta ganti rugi ke ibu yang nabrak aja ya.” Ujar seorang pedagang.
“ Saya panggilkan ya dik. Bu … Bu … Bu.. ini lho yang ditabrak es nya jatuh. “ kata pedagang yang lainnya.
Pada saat itu ramai sekali sehingga ibu –ibu itu tidak mendengar panggilan dari pedagang tersebut.
“ Ga usah, mas. Gak apa – apa kog. Ga usah dipanggilin.”  Kataku.
“ Minta saja es kopyor  lagi ke mas – mas yang jual es kopyor itu. Gak apa – apa dik ga usah bayar.” Ujar pedagang  lainnya.
“ Tak bikinkan ya dik, gak apa – apa gak bayar. Tenang aja. “ kata penjual es kopyor dengan ramah.
Awalnya saya tidak mau menerimanya  karena saya merasa sungkan pada penjual es kopyor itu.
“ Ga usah mas, ga apa – apa saya sudah ga haus kog. “ kataku.
“ Lho nid, udah dibuatin sama mas nya kog nolak. Ambil aja nid !” kata Levy meyakinkan ku.
“ Ini ambil aja. Gak apa – apa kog. Gak usah sungkan – sungkan. “ ujar penjual es kopyor itu.
Pedagang – pedagang disekitar SMPN 5 mulai memaksaku untuk menerima es kopyor gratis. Dengan terpaksa aku menerimanya, daripada paksaan dari mereka malah menjadi – jadi. Setelah menerimanya dan bilang terima kasih pada penjual es kopyor itu aku dan Levy buru – buru menjauh dari tempat  itu. Banyak orang yang masih memperhatikanku. Hal itu membuat ku sangat malu.
Untung saja angkutan umum yang dari tadi saya tunggu lewat. Dengan segera aku dan levy mencegatnya dan menaikinya. Walaupun sudah naik angkot pipiku masih sangat panas. Kata levy, muka ku sangat merah. Mungkin  karena malu diperhatikan orang banyak pipi ku jadi merah.

~Tamat~

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons